Senin, 08 Maret 2010

HAKEKAT ALAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Yang Diampu Oleh Dr. M. Abdul Fattah Santoso M. Ag.
Disusun oleh:

IMAM WAHYUDI G 000 080 063




JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
PENDAHULUAN
Manusia dilahirkan di atas dunia, akan tetapi keberadaan manusia di dunia ini lain artinya dengan keberadaan air di dalam gelas. Air di dalam gelas adalah dua hal yang dapat dipisahkan. Sedangkan manusia menyatu dengan dunia. Hal ini berarti manusia bukan seperti pribadi yang dari alam sekitarnnya, melainkan bersama-sama dengan sekitarnya, baik sekitar fisik maupunn sosial. Hubungan manusia dengan sekitar fisik dan sosial ini bersifat kausal (sebab-akibat). Pada sisi yang lain, manusia dipengaruhi alam sekitar. Faktor geografis, iklim, flora dan faunaberpengaruh pada pembentukan pribadi manusiapun mampu mengubah alam sekitar dan benda-benda alam menjadi barang-barang yang berguna bagi kehidupannya. Dengan potensi rohaninya, cipta, rasa dan karsanya manusia mennciptakan berbagai barang yang berarti bagi kehidupannya dan membudayakan diri serta alam sekitarnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan karya-karya manusia yang sangat penting. Makin maju caara berpikir manusia, akan makin maju pula ilmu dan teknologinnya dan dengan demikian atau makin maju diri masyarakatnya. Dengan begitu, alam sekitar makin dapat dikontrol dan dikendalikan oleh manusia. Jadi, manusia tidak lagi sangat tergantung pada alam, tetapi justru sebaliknya manusialah yang mengendalikan alam sekitarnya.














PEMBAHASAN
A. Hakekat Alam
Alam adalah segala yang ada, baik nyata maupun ghaib, sebagai obyek penciptaan Tuhan. Banyak disebutkan dalam Al-quran disebutkan benda-benda alam seperti bumi, langit, bintang, matahari, bulan, mendung, hujan gerakan angin, bahtra yang berlayar dilautan, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan segala yag ada disekitarr manusai yang dapat ditangkap manusia dengan indra, disebut sebagai hal-hal yang layak dipikirkan dalam-dalam dan disimpulkan.
B. Pandangan Islam Tentang Alam Semesta
Berpegang pada dalil-dalil al-qur’an yang ada, maka alam semesta ini diciptakan untuk kepentingan manusia agar dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Menurut Islam, pandangan terhadap terhadap alam semesta bukan hanya berdasarkan akal semata. Alam semesta difungsikan untuk menggerakkan emosi dan perasaan manusia terhadap keagungan sang khaliq. Artinya alam semesta dipandang sebagai dalil Qat’i yang menunjukkan keesaan Allah dan ketuhanan Allah.
Alam semesta menrut sudut pandang islam dibagi menjadi beberapa aspek:
1. Alam semesta diciptakan untuk satu tujuan
2. Tunduknya semesta adalah takdir Allah
3. Keteraturan adalah kekuasaan Allah
4. Sunatullah untuk manusia
5. Alam semesta tunduk kepada Allah
6. Alam semesta ditaklukkan untuk manusia
Tuhan menciptakan manusia untuk hidup di muka bumi ini dengan disertai bekal yang cukup demi kelangsungan hidupnya, yaitu segala sesuatu di alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia.
C. Proses Perkembangan Ilmiah dan Terjadinya Alam Semesta
1. Konsepsi Tentang Alam Semesta
Bagaimana konsepsi para ilmuwan tentang peciptaan jagad raya dan pemikiran apa yang melandasinya ? konsepsi itu berubah-ubah sepanjang sejarah, bergantung pada tingkat kecanggihan alat-alat observasinya, dan bergantung pada tingkat kemajuan fisika itu sendiri. Konsepsi yang mereka kemukakan bahwa jagad raya ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga, konsepsi ini berasal dari Newton. Konsepsi mereka yang lain adalah bahwa alam ini tidak berubah keadaannya sejak waktu tak terhingga lamanya sampai masa yang akan datang.
2. Teori Terbentuknya Alam Semesta
Alam semesta yang kita ketahui sekarang ini awal mulanya berasal dari gas yang berserakan secara teratur diangkasa kemudian menjadi kabut (menjadi kumpulan kosmos-kosmos ).Dalam pengertian alam semesta mengcakup tentang Mikro kosmos dan makrokosmos.
Mikro kosmos yaitu benda-benda yang berukuran kecil seperti, atom, sel, elektron dan benda-benda kecil lainnya. Adapun makro kosmos yaitu benda-benda yang berukuran besar, seperti bintang, planet, dan matahari.
Teori yang dihasilkan oleh para ilmuwan dan pakar, tentang bagaimana terbentuknya alam semesta ada dua, yaitu :
a. Teori Keadaan Tetap, yaitu teori yang menyatakan bahwa alam ini ada tanpa awal dan ada selama-lamanya.
b. Teori Dentuman Besar, yaitu teori yang menyatakan bahwa alam ini ada dari suatu ketiadaan.
Dan akan berakhir dengan ketiadaan pula. Dan teori menyatakan bahwasanya alam pada awalnya semua objek di alam semesta adalah satu dan kemudian terpisah karena suatu ledakan yang sangat dahsyat.
Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an bahwasanya langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu dan kemudian dipisahkan :
    •          •      
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya, dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapa mereka juga tidak beriman ?” (QS.Al Anbiya : 30 )
Proses penciptaan langit dan bumi menurut Al-Quran tidak semata dapat disusun dari ayat-ayat yang menyatakan penciptaan langit dan bumi, tetapi juga dapat dilihat dari kisah-kisah cerita kemusnahannya nanti, misalnya surat Al-Anbiya’ ayat 104 dan surat yassin ayat 29.
D. Penciptaan Alam Semesta
1.  Dari sudut Islam
Teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan dan pakar diatas sama sekali tidak bertentangan antara satu dengan yang lainnya walaupun kita lihat bahwa terjadi perbedaan yang mencolok pada hipotesis mereka, dan Al-Qur’an pun mendukng hipotesis mereka sbgaimana alaah berfirman :
       •             
Kami akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda( kekuasaan) kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah pada diri mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar, dan apakah tuhanmu tidak cukup ( bagi kamu ) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu. ( QS Al-Fhussilat 53 ).
Di dalam Al-Qur’an juga dijelaskan tentang penciptaan alam semesta yang tercantum dalam surat Al-Anbiya’ dan Al-Fhussilat ayat 11 yang berbunyi :
     •        
Kemudian dia menuju dari penciptaan langit, dan langit masih merupakan asap, lalu dia berkata kepadanya dan kepada bumi : “Datanglah kamu keduanya menurut perintahku dengan suka hati atau terpaksa” Keduanya menjawab “Kami datang dengan suka hati”. ( Al-Fhussilat : 11 ).
Dari ayat-ayat Al-Qur’an diatas disimpulkan bahwa alam semesta itu ada karena diciptakan oleh Allah, dan bukanlah suatu kebetulan seperti yang dikatakan oleh orang-orang materialisme.
2.  Dari Sudut Modern
Terdapat dua pendapat pada penciptaan alam semesta dari sudut ilmu pengetahuan modern. Pertama : bahwasanya alam semesta tidak diciptakan, artinya alam semesta ini terjadi karena suatu yang kebetulan yairu merupakan sekumpulan zat yang konstant, stabil dan tidak berubah. Kedua : Bahwasanya alam semesta ini di ciptakan. Setelah dilakukan observasi dan pengambilan experiment-experiment dan juga melalui perhitungan fisika, terbukti bahwa alam semesta memiliki suatu awal dari ledakan dahsyat (Big Bang) dan semua itu tidak lain hanyalah karena adanya Allah SWT.
E. Kedudukan Manusia Dalam Alam Semesta
Menurut Abuddin Nata dalam bukunya filsafat pendidikan islam kedudukan manusia di alam semesta ini selalu dihubungkan dengan konsep kekhalifahan manusia di muka bumi dan konsep ibadah.
Untuk lebih menegaskan fungsi manusia sebagai khalifah di alam ini dapat dilihat beberapa ayat di bawah ini.
               •       
Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Al-An’am, 165)

                           
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka. (QS. Fathir, 39)

                             
Apakah kamu (Tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan Telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. al-A’raf, 69)
Ayat-ayat tersebut di samping menjelaskan kedudukan manusia sebagai khalifah juga memberi isyarat mengenai perlunya sikap moral atau etik yang harus ditegakkan dalam melaksanakan fungsi kekhalifahannya itu.
Manusia merupakan bagian dari alam, maka kedudukan manusia itu sendiri adalah:
1. sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam
2. sebagai peneliti alam dan dirinya sebagai pencari Tuhan
3. sebagai khalifah di muka bumi
4. sebagai makhluk yang paling tinggi dan mulia
5. sebagai hamba Allah
6. sebagai makhluk yang bertanggung jawab
7. sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik
F. Keteraturan Semesta: Kekuasaan Allah
Allah swt adalah penguasa alam dan penatanya, Dia menjalankan dan mengatur semesta. Ketaatan dan ketundukan semesta membuktikan leebih layaka lagi untuk mengakui nikmat dan karunia Allah, merasakan kebesaran-Nya dan menyucikan-Nya dengan bertasbih.




PENUTUP

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alam semesta ini diciptakan untuk kepentingan manusia agar dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi ini. Selain itu alam semesta diciptakan dengan satu tujuan yaitu sebagai bahan renungan agar manusia mau bersyukur serta taat beribadah dan mengesakan Allah.
Kedudukan manusia dalam alam semesta ini memiliki beberapa peran, antara lain adalah sebagai berikut:
1. sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam
2. sebagai peneliti alam dan dirinya sebagai pencari Tuhan
3. sebagai khalifah di muka bumi
4. sebagai makhluk yang paling tinggi dan mulia
5. sebagai hamba Allah
6. sebagai makhluk yang bertanggung jawab
7. sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik








DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Aly, Eni Rahmah, Ilmu Alamiah Dasar( MKDU), Bumi Aksara ; 1996, Cet 6, Jakarta.
Abuddin, Nata, Filsafat Pendidikan Islam, PT Logos Wacana Ilmu; 2001, cet 4. Jakarta.
An-nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Gema Insani Perss; 1995, Jakarta.
Aziz Abdul, Qur’an Hadis, CV. Wicaksana ; 1996, Semarang.
Baiquni, Ahmad, Al-qur`an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Dana Bhakti Prima Yasa ; 1996, Cet 1 ,Jakarta.
Mawardi, Nur hidayat, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, CV Pustaka Setia ; 2000 Cet 1, Jakarta.
Zuhairini, Dkk. Filsaafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara; 2004, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar