Senin, 08 Maret 2010

Konvensi Agama
Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampu: Drs. Sumantri, M.Ag.
Disusun oleh:
Imam Wahyudi G 000 080 063
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
A. Pendahuluan
Konversi telah selalu menjadi sebuah topik yang mengemuka, jika tidak membakar emosi kemanusiaan kita. Lagi pula, misionaris mencoba untuk meyakinkan seseorang untuk mengubah keyakinan agamanya yang mana menyangkut masalah- masalah paling utama tentang kehidupan dan kematian, arti penting dari keberadaan kita. Dan misionaris biasanya merendahkan nilai dari keyakinan seseorang yang sekarang, yang mana bisa dalam bentuk komitmen pribadi yang kuat atau tradisi kebudayaan keluarga yang panjang, menyebutnya lebih rendah, salah, berdosa atau bahkan kekeliruan yang akut.
Pernyataan-pernyataan seperti itu sulit dianggap beradab atau berbudi bahasa dan sering menghina dan merendahkan. Misionaris tidaklah datang dengan sebuah pikiran terbuka untuk suatu diskusi yang tulus dan dialog yang memberi dan menerima, tetapi pikirannya telah berkesimpulan terlebih dahulu dan mencari jalan untuk memperdaya yang lain dengan pandangannya, sering bahkan sebelum ia sendiri tahu apa sebenarnya yang diyakini dan dilakukannya.
Sulit untuk membayangkan pertemuan antar manusia yang lebih penuh tekanan terbebas dari kekerasan fisik yang nyata. Kegiatan misionaris selalu memegang kekerasan psikologis yang terkandung didalamnya, bagaimanapun bijaksananya hal itu dilakukan. Ia diarahkan pada pengalihan pikiran dan hati dari orang-orang menjauh dari agama asli mereka kepada suatu agama yang secara umum tidak bersimpati dan bermusuhan dengannya.

B. Pembahasan
1. Pengertian Konversi Agama
Pengertian konversi agama secara etimologi konversi berasal dari kata latin “conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam kosakata Inggris “conversion” yang mengandung pengertian: berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or from one religion to another). Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat di simpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian (berlawanan arah) terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
Sedangkan konversi agama (religious conversion) secara umum dapat di artikan dengan berubah agama ataupun masuk agama. Menurut Thouless (1992), konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian konversi agama, antara lain:
a. Heirich (dalam Ramayulis, 2002) mengatakan bahwa konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
b. James (dalam Ramayulis, 2002) mengatakan konversi agama adalah dengan kata kata: “to be converted, to be regenerated, to recive grace, to experience religion, to gain an assurance, are so many phrases which denote to the process, gradual or sudden, by which a self hitherro devide, and consciously wrong inferior and unhappy, becomes unified and consciously right superior and happy, in consequence of its firmer hold upon religious realities”. “berubah, digenerasikan, untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman beragama, untuk mendapatkan kepastian adalah banyaknya ungkapan pada proses baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba, yang di lakukan secara sadar dan terpisah-pisah, kuran bahagia dalam konsekuensi penganutnya yang berlandaskan kenyataan beragama”.
c. Clark (dalam Daradjat, 1979), memberikan definisi konversi sebagai berikut: konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi agama menunjukan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
Jadi, konversi agama (religious conversion) secara umum dapat diartikan dengan berubah pendirian terkait ajaran agama atau bisa juga berarti masuk agama.


2. Jenis-Jenis Konversi Agama
Menurut Moqsith (http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/), jenis-jenis konversi agama di bedakan menjadi dua, yaitu:
a. Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama.
b. Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
Menurut Abdalla (http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/), senada dengan apa yang telah di ungkapkan Moqsith, konversi internal terjadi dalam satu agama, dalam artian pola pikir dan pandang seseorang berubah, ada yang dihilangkan dan tidak menutup kemungkinan banyak yang ditambahkan (ibadah), tetapi konsep ketuhanan tetap sama. Sedangkan dalam konversi eksternal pindah keyakinan ke konsep yang benar-benar berbeda dengan konsep keyakinan sebelumnya.
Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa pengertian konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku ke sistem kepercayaan yang lain.
3. Proses Konversi Agama
Perubahan yang terjadi tetap melalui tahapan yang sama dalam bentuk kerangka proses secara umum, kerangka proses itu dikemukakan antara lain oleh:
Carrier (dalam Ramayulis, 2002), membagi proses tersebut dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Terjadi desintegrasi sintesis kognitif (kegoncangan jiwa) dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang dialami.
b. Reintegrasi (penyatuan kembali) kepribadian berdasarkan konsepsi agama yang baru. Dengan adanya reintegrasi ini maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur yang lama.
c. Tumbuh sikap menerima konsepsi (pendapat) agama yang baru serta peranan yang di tuntut oleh ajarannya.
d. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan
suci petunjuk Tuhan.
Dr. Zakiyah Daradjat (1979) memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap , yaitu: (1) masa tenang, ditandai sikap apriori terhadap agama; (2) masa ketidaktenangan, ditandai goncangan batin yang mendorongnya mencari sumber-sumber ide atau ajaran yang dapat membantunya mengatasi konflik dirinya; (3) masa konversi, yakni ditandai dengan meredanya konflik batin dan bergeser kearah kemantapan atas suatu pilihan keyakinan yang serasi atau karena rasa pasrah; (4) masa tenang dan tenteram, yakni kepuasan terhadap keputusan yang telah diambil dan mengalami suasana batin yang mantap atas konsep baru kehidupannya; dan (5) masa ekspresi konversi, sebagai bentuk ungkapan penerimaan dan ketundukan pada tata nilai atau keyakinan yang dipilihnya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Wasyim (dalam Sudarno, 2000) secara garis besar membagi proses konversi agama menjadi tiga, yaitu:
1. Masa Gelisah (unsert), kegelisahan atau ketidaktenangan karena adanya gap antara seseorang yang beragama dengan Tuhan yang di sembah. Ditandai dengan adanya konflik dan perjuangan mental aktif.
2. Adanya rasa pasrah
3. Pertumbuhan secara perkembangan yang logis, yakni tampak adanya realisasi dan ekspresi konversi yang dialami dalam hidupnya. Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa tahapan atau proses konversi agama meliputi (a) masa tenang (b) masa ketidaktenangan (c) masa konversi (d) masa tenang dan tentram (e) masa ekspressi konversi.
4. Faktor-Faktor Konversi Agama
Para ahli agama menyatakan bahwa faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi. Sementara para sosiolog mengatakan bahwa konversi agama terjadi karena adanya pengaruh sosial baik yang bersifat persuasif maupun koersif. Adapun para psikolog menyatakan faktor-faktor psikologis-lah yang mempengaruhi terjadinya konversi tersebut. Konversi agama dibaca sebagai bentuk pembebasan diri dari tekanan batin yang timbul dari dalam diri (intern) maupun dari lingkungan (ekstern). Faktor intern tersebut mencakup kepribadian dan hereditas (pembawaan). Sedangkan faktor ekstern antara lain mencakup faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, perubahan status, atau bisa jadi karena faktor kemiskinan. Sementara itu para ahli pendidikan berpandangan bahwa konversi agama terjadi karena pengaruh kondisi pendidikan.
Tampaklah dari uraian di atas bahwa masing-masing pendapat muncul selaras dengan disiplin keilmuan yang ditekuni oleh masing-masing ahli. Tetapi secara umum, konversi agama mengandung dua unsur sebagaimana dikemukakan oleh M.T.L. Penido, yaitu:
a. unsur dari dalam diri (endogenous origin), yakni lahirnya kesadaran diri untuk berubah karena didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan personal;
b. unsur dari luar (exogenous origin), yaitu perubahan karena faktor luar diri mampu menguasai kesadaran seseorang atau suatu kelompok untuk berubah.
Kedua unsur tersebut kemudian mempengaruhi kehidupan batin untuk aktif berperan memilih pennyelesaian yang mampu memberikan ketenangan batin kepada yang bersangkutan. Jadi disini terlihat adanya pengaruh motivasi dari unsur tersebut terhadap batin. Jika pemilihan tersebut sudah serasi dengan kehendak batin maka tercipta ketenangan.

C. Kesimpulan
Konversi Agama secara etimologi konversi berasal dari kata latin “conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah (agama).Sedangkan konversi agama (religious conversion) secara umum dapat di artikan dengan berubah agama ataupun masuk agama. Menurut Thouless (1992), konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
Menurut Moqsith, jenis-jenis konversi agama di bedakan menjadi dua, yaitu: (1)Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama. (2)Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
Proses kejiwaan yang terjadi melalui lima tahap yaitu: masa tenang, masa ketidak tenangan, masa konverensi, masa tenang dan tentram, dan masa konverensi.
Para ahli agama menyatakan bahwa faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi.
secara umum, konversi agama mengandung dua unsur sebagaimana dikemukakan oleh M.T.L. Penido, yaitu: unsur dari dalam diri (endogenous origin) dan unsur dari luar (exogenous origin.
D. Daftar Pustaka
Prof. Dr. Zakiyah Daradjat, ilmu jiwa agama, jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990.
H. Jalaludin. Psikologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005.
http://Konversi Agama 1 « Artikel Psikologi Klinis Perkembangan dan Sosial.htm/
http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/
http://konversi agama 3 « Artikel Psikologi Klinis Perkembangan dan Sosial.htm/
http://KONVERSI AGAMA « Kidung Peziarah.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar