Rabu, 10 Maret 2010

Keserasian Ayat-Ayat Qauliyah Dan Kauniyah

MAKALAH
Keserasian Ayat-Ayat Qauliyah Dan Kauniyah
(Disusun Guna Memenuhi tugas Mata Kuliah ilmu pendidikan islam)
Dosen pengampu: Drs. Ari Anshori. M.Ag.


Disusun Oleh:
IMAM WAHYUDI
G 000 080 063

FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA
2009




A. Pendahuluan

Telah diyakini bahwa Al-Qur’an berisi petunjuk bagi manusia. Ajaran-ajarannya disampaikan secara fariatif serta dikemas sedemikian rupa. Ada yang berupa informasi, perintah dan laranagan, dan ada juga yang dimodifikasi dalam bentuk diskripsi kisah-kisah yang mengandung ibrah, yang dikenal dengan istilah ayat-ayat kauliyah dan ayat-ayat qauniyah.
Pada makalah ini kami akan mencoba membahas mengenai ayat-ayat kauliyah dan ayat qauniyah yang Allah berikan kepada manusia secara indrawi atau lewat penelitian dan observasi (al-mubasyiyah) untuk mengungkap gejala-gejala/fenomena kauniyah. Di dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan kekuasaannya dengan contoh-contoh kebenaranya alam ini agar kita semua dapat mengetahui dengan jelas siapa yang menciptakan alam semesta ini dan siapa yang berhak kita sembah semestinya, karena kita sebagai citaanya. Dalam pembahasan ini hanya sedikit akan menjelaskan dan membuktikan bahwa alam semesta ini memang hanya Allah lah yang mencitakan dan agar kita mengetahui apa sebenarnya tujuan Allah menurunkan Al-Quran yang telah banyak memberikan contoh-contoh mengenai alam semesta ini.

B. Pembahasan
a. Keserasian Ayat-Ayat Qauliyah Dan Kauniyah
Allah SWT menurunkan ayat-ayat (tanda kekuasaan)-Nya melalui 2 jalur formal yaitu ayat qouliyah dan jalurnon-formal yaitu ayat kauniyah. Ayat qouliyah adalah kalam Allah (Al-Qur’an) yang diturunkan secara formal kepad Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ayat kauniyah adalah fenomena alam, jalurnya tidak formal dan manusia mengeksplorasi sendiri.
Al-Quran Al-Karim, yang terdiri dari 6.236 ayat itu, menguraikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam raya dan fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan sering tersebut sering di sebut ayat-ayat kauniyah. Tidak kurang dari 750 ayat yang secara tegas menguraikan hal-hal diatas. jumlah ini tidak termaksud ayat-ayat yang menyinggungnya secara tersirat.

b. Al-Quran Dan Alam Raya
Dalam bericara tentang alam dan fenomenanya. Paling sedikit ada dua hal yang dapat dikemukakan menyangkut hal tersebut:
1. Al-Quran memerintah kan atau menganjurkan kepada manusia untuk memperhatikan dan mempelajari alam rayadalam rangka memperolh manfaat dan kemudahan-kemudahan bagi kehidupanyadan mengantarkan kepada kesadaran-kesadaran akan keesaan dan kemahakuasaan Allah SWT.
2. alam dan segala isinya beserta hokum-hukum yang mengaturnya, diciptakan, dimiliki, dan dibawah kekuasaan Allah SWTsertadiatut dengan sangat teliti.
Alam raya tidak bias dilepaskan dari ketetapan-ketapan tersebut, kecuali jika dikehendaki aloh Allah SWT.
Eksplorasi terhadap ayat kauniyah inilah yang kita kenal sebagai sains, yang kemudian dalam aplikasinya disebut teknologi. Sains dan teknologi (saintek) ini adalah implementasi dari tugas manusia sebagai khalifah fil ardhi untukmemakmurkan bumi. Karenanya bagi seorang muslim, saintek adalah sarana hidup untuk mengelola bumi, bukan membuat kerusakan.
Paradigma seorang muslim terhadap ayat-ayat Allah ini, baik ayat qouliyah (Al-Qur’an) maupun kauniyah (fenomena alam) adalah mutlak benar dan tidak mungkin bertentangan, karena keduanya berasal dari Allah. Pada faktanya sains yang telah ”proven” (qath’i) selaras dengan Al Qur’an seperti tentang peredaran bintang, matahari dan bumi pada orbitnya. Namun sains yang masih dzanni (teori) kadang bertentangan dengan yang termaktub dalam Al-Qur’an seperti teori evolusipada manusia.
Allah swt. menuangkan sebagian kecil dari ilmu-Nya kepada umat manusia dengan dua jalan. Pertama, dengan ath-thariqah ar-rasmiyah (jalan resmi) yaitu dalam jalur wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah. Kedua, dengan ath-thariqah ghairu rasmiyah (jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham secara kepada makhluk-Nya di alam semesta ini (baik makhluk hidup maupun yang mati), tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril. Karena tak melalui perantaraan malaikat Jibril, maka bisa disebut jalan langsung (mubasyaratan). Kemudian jalan ini disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah.
Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian mengambil kesimpulan. Allah swt. berfirman: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq:1-5)
Saintis muslim bukan berhenti pada observasi dan menjelaskan fenomena alam, namun mesti mencapai level orang yang berakal ulil albab (QS Ali Imron 190-191). Akal berbeda dengan kecerdasan otak. Hewan pun mempunyai kecerdasan, namun tidak mempunyai akal. Karenanya orang yang tidak menggunakan akal diumpamakan binatang ternak (QS.Al-A’raf : 179). Manusia yang tidak menggunakan akal dianggap sebagai”binatang yang cerdas”.
Akal adalah kerja qalbu yang berada dalam dada (sebagaimana disebutkan dalam QS.Al-Hajj ayat 46), merupakan kemampuan untuk mengambil pelajaran. Kata ulil albab biasa disebut dalam Al-Qur’an setelah pemaparan fenomena alam, untuk menunjukkan orang yang bias mengambil pelajaran. Kata “yafqohuun” (memahami), ya’qiluun(menggunakan akal) dalam Al-Qur’an dinisbatkan pada qalbu (QS.22:46, 7:179).
”maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi,lalu mereka mempunyai qalbu yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar ? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah qalbu yang di dalam dada.”/ Ayat di atas didahului dengan ayat tentang pemaparan fenomena kaum-kaum yang diadzab.
Berkaca dari makna akal dalam Al-Qur’an ini, maka semestinya penemu disket, penemu memori jika barakal maka akan sampai pada keyakinan tentang akhirat, tentang kesaksian dan pencatatan amal-amal manusia, dan hari pembalasan.
Dalam sejarah peradaban Islam, para ilmuwan adalah juga ahli dalam agama karena memahami kedudukan saintek dalam Islam. Mereka belajar ayat qouliyah dan juga belajar ayat kauniyah. Kontribusi ilmu pengetahuan para ilmuwan muslim menjadi tonggak kemajuan iptek di barat.
Dalam bidang matematika ada algorithm, algebra yang merupakan nama matematikawan muslim (Alkhawarizm, Aljabar). Juga angka Arab yang dengannya perhitungan menjadi mudah. Dalam bidang kimia ada istilah alkemi (chemistry), alkali, alkohol. Nama-nama ilmuwan muslim spt IbnuSina (Avicena), Ibnu Rusyd (Averous), Ibnu Khaldun menjadi nama yang gemilang. Bidang-bidang yang sangat gemilang pada masa kejayaan peradaban Islam adalah kedokteran, matematika, dan astronomi, karena menjadi kebutuhan langsung seperti menentukan kiblat dan waktu-waktu ibadah.
Dalam pandangan seorang muslim ayat qauliyah akan memberikan petunjuk/isyarat bagi kebenaan ayat kauniyah, misalnya surat An-Nur (24):43 mengisyaratkan terjadinya huja, surat Al-Mukminun (23):12-14 mengisyaratkan tetang keseimbangan dan kesetabilan pada istem tata surya, surat Al-Ankabut(29):20 mengisyaratkan adanya evolusi pada penciptaan makhluk di bumi, surat AZ-Zumar (39):5 dan surat an-Naml (27): 28 mengisyaratkan adanyarotasi bumi dan bulatnya bumi,sebaliknya ayat kauniyah akan menjadi bukti (Al-Burhan) bagi kebenaran ayat qauliyah (lihat surat Al-Fushshilat 41:53)
Dengan demikian,Pada pasal ini akan dijelaskan dan diberikan contoh hubungan antara ayat Qauliyah sebagai petunjuk wahyu yang memberikan isyarat global tentang fenomena iptek, untuk membantu menjelaskan dan mencocokkan terhadap ayat kauniyah. Banyak sekali contoh yang dapat dikemukakan, akan tetapi karena keterbatasan ruang, maka dalam hal ini akan dikemukakan dua contoh saja yang amat terkenal yaitu “Siklus Hidrologi” dan “Konsep Tentang Alam Semesta”.

1. Ayat/Fenomena Kauniyah
Dari hasil observasi dan penelitian yang berulang-ulang bahwa “siklus hidrologi” atau sikulasi air (hydrologi cycle) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang terjadi akibat radiasi/panas matahari, sehingga air yang dilaut, sungai, dan juga air pada tumbuh-tumbuhan mengalami penguapan ke udara (transpiration), sehingga dikenal sebagai evapotranspiration, lalu uapair tersebut pada ketinggian tertentu menjadi dinggin dan terkondensasi menjadi awan. Akibat angin,bekumpulan awan dengan ukuran tertentu dan terbuat awan hujan, karena pengaruh berat dan gravitasi kemudian terjadilah hujan (presipitasion). Beberapa air hujan ada yang mengalir di atas permukaan. Tanah sebagai aliran limpasan (overland flow) dan ada yang terserap kedalam tanah (infiltrasioan). Aliran limpasan selanjutnya dapat mengisi tampungan-cekungan (depresioan storage). Apabila tampungan ini telah terpenuhi, air akan menjadi limpasan-permukaan (surface runoff) yang selanjutnya mengalir kelaut. Sedangkan air yang terinfiltrasi, bisa keadaan formasi geologi memungkinkan, sebagian dapat mengalir literal di lapisan tidak kenyang air sebagai aliran antara (subsurface flow/interflow). Sebagian yang lain mengalir vertikal yangdisebut dengan “perkolasi” (percolation) yang akan mencapai lapisan kenyang air (saturated zone/aquifer). Air dalam akifer akan mengalir sebagai air tanah (grounwter flow/base flow) kesungai atau ketampungan dalm (deep storage). Siklus hirologi ini terjadi terus-menerus atau berulang-ulang dan tidak terputus.

2. Ayat/Fenomena Qauliyah
Pada penjelasan fenomena kauliyah, dapat kita tarik kesimpulan bahwaq “siklus hidrologi” memiliki 4 (empat) macam proses yang saling menguatkan, yaitu:
a. hujan/presipitasi.
b. penguapan/evaporasi.
c. infiltrasi dan perkolasi (peresapan).
d. lipahan permukaann (surface runoff) dan limpasan iar tanah (subsurface rzrnoff)
Isyarat adanya fenomena “siklus hidrologi” dapat kata lihat pada surat An-Nur (24) ayat 43, yaitu:
  •                             •       
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, Kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, Kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (An Nur: 43)

Pada ayat diatas, menunjukkan adanya proses inti yang sedang berlangsung dan merupakan bagian dari proses “siklus hidrologi.”Kedua proses itu, yaitu proses penguapan (evaparasi)yang ditunjukkan dengan kata “awan”dan proses hujan (presipitasi)yang berupa keluarnya air dan butiran es dari awan.Diman awan adalah massa uap air yang terkumpul akibat penguapan dan kondisi atmosfir tertentu. Menurut Prof. Sri Harto (2000)seorang pakar biologi, awan dalam keadan ini yang kalau masih mempunyai butir-butir air berdiameter lebih kecil dari 1mm masih akan melayang-layang di udara karena berat butir-butir tersebut masih lebih kecil daripada gaya tekan ke atas udara. Sehingga pada kondisi ini awan masih bisa bergerak terbawa angin, kemudian berkumpul menjadi banyak dan bertindih-tindih (bercampur), dalam ayat lain awan menjadi bergumpal-gumpal seperti pada surat Ar-Arum(30)ayat 48:
                            

Allah, dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. (Ar-Arum: 48).
Demikian jelaslah bahwa dengan terbawanya awan oleh pergerakkan angin, maka awan akan berkumpul menjadi banyak dan bergumpal-gumpal. Akibat berbagai sebab klimatologis seperti pengaruh kondensasi, awan tersebut dapat menjadi awan yang potensial menimbulkan hujan, yang biasanyamnurut Sri Harto (2000) terjadi bila butir-butir berdiameter lebih besar dari pada 1mm.
Sehingga pada ayat diatas “hujan keluar dari celah-celahnya”awan, maksudnya secara ilmiah “hujan” turun tidak seperti menggelontornya air, melainkan berupa butir-butir air kecil (lebih besar dari pada 1mm)yang turun dari awan akibat pengaruh berat dan gravitasi bumi, seperti jatuhnya tetes-tetes aur dari celah-celah mata air. Sedangkan turunya butiran-butiran es langit, itu disebabkan apabila gumpalan-gumpalan awan pada ketinggian tertentu dan kondisi atmosfir tertentu mengalami kondensasi sampai mencapai kondisi titik beku, sehingga terbentuklah gunung-gunung es. Kemudian karena pengaruh berat dan gravitasi bumi sehingga jatuh/turun ke permukaan bumi, dan dalam perjalananya dipengaruhi oleh temperatur, pergerakan angin dan gesekan lapisan udara , maka gunung es itu peceh menjadi butir-butir es yang jatuh ke permukaan bumi.
Bila terjadi hujan masih besar kemungkinan air teruapkan kembali sebelum sampai di permukaan bumi, karena keadaan atmosfir tertentu. Hujan baru dusebut sebagai hujan apabila telah sampai di permukaan bumi dapat diukur. Air hujan yang jatuh di permukaan bumi terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai air lintasan dan sebagai air yang terinflocrsi/meresap ke dalam tanah (Sri Harto.2000). Kaidah-kaidah atas di tunjukkan pula pada surat Al-Mukminun 23 ayat 18:
     •        

Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu kami jadikan air itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.(Al-Mukminun :18)
Pada ayat diatas Allah menurunkan hujan menurut suatu ukuran sehingga hujan yang sampai di permukaan bumi dapat di ukur. Hanya tinggal kemampuan manusai sampai dimana tingkat validitasnya dalam mengukur dan memperkirakan jumlah atau kuantitas hujan. Sehingga timbul beberapa teori pendekatan dalam analisis kuantitas hujan yang menjadikan berkembangnya ilmu hidrologi. ”Lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi”. Maksidnya adalah air yang jatuh dari langit itu tinggal di bumi menjadi sumber air, sebagai mana tercantum dalam surat Az-Zumar 39 ayat 21:
  •                        •     
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi Kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, Kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.( Az-Zumar: 21)
Sumber-sumber air dibumi bisa berupa air sebagai aliran limpasan seperti air sungai, danau, dan laut. Juga bisa berupa air tanah (graund water) segagai akibat dari infiltrasi seperti air sumur , air artesi dan sungai bawah tanah.
Dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.maksudnya Allah berkuasa untuk menghilangkan sumber-sumber air tadi, seperti dengan cara kemarau panjang (akibat siklus musim yang dipengaruhi oleh pergerakan matahari disekitar equator) , sehinga tidak ada suplei air sebagai pengisian (recharge kedalam permukaan tanah atau bawah permukaan tanah. Sedangkan, proses pengguapan, pergerakan air permukaan dan pergerakan air tanah berlangsung terus-menerus,sehinga lapisan iar tanah (water table) menjadi turun dan sumber mata iar menjadi berkurang, bahkan lebih drastis lagi muka air tanah bisa turun mencapai lapisan akifer artetis yang kedap iar. Maka kondisi seprti itu seringkaili terlihat sungai-sungai kekeringan, sumur-sumur air dangkal kekeringan, muka air danau surut dan bahkan ada yang sdampai kering, dan pohon-pohon mengalami kerontokan dan mati kekeringan. Kaidah-kaidan seperti ini sebagai mana telah digambarkan pad surat Az-Zumar (39) ayat 21 di atas. Dengan demikian bahwa kajian ayat-ayat qauliyah diatas meliputi suatu sunnatullah “daur” yang terus menerus tidak terputu, seperti lingkaraqn setan yang disebut sebagai “sijlus hidrologi”.







C. Kesimpulan

Ayat Qouliyah adalah kalam Allah (Al Qur’an) yang diturunkan secara formal kepad Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ayat kauniyah adalah fenomena alam, jalurnya tidak formal dan manusia mengeksplorasi sendiri.
Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian mengambil kesimpulan. Allah swt. berfirman: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq:1-5)

Dalam bericara tentang alam dan fenomenanya. Paling sedikit ada dua hal yang dapat dikemukakan menyangkut hal tersebut:
a. Al-Quran memerintah kan atau menganjurkan kepada manusia untuk memperhatikan dan mempelajari alam rayadalam rangka memperolh manfaat dan kemudahan-kemudahan bagi kehidupanyadan mengantarkan kepada kesadaran-kesadaran akan keesaan dan kemahakuasaan Allah SWT.
b. Alam dan segala isinya beserta hokum-hukum yang mengaturnya, diciptakan, dimiliki, dan dibawah kekuasaan Allah SWTsertadiatut dengan sangat teliti.










DAFTAR PUSTAKA

Achmad Baikuni. 1997. Al-Quan dan ilmu pengetahuan kealaman. Yogyakarta. Dana Bakti Prima Yasa.
Al-Quran terjemahnya.1998. Semarang. Asy-Syifa.
Sri Harto.2000. Hidrologi :Teori, Masalah Dan Penyelesaian. Yogyakarta: Nafiri
Yusuf Qardhawi. 1998. Al-Quran Berbicara Tentang Akal Dan Ilmu Pengetahuan, (terj).
Abdul Hayyie Al-Kattani. Jakarta: Gema Isani.
Quraish shihab,1996. membumikan Al-Quran dan peraan wahyu dalam kehidupan masyarakat, bandung, Mizan.
Zizuddin Sardar. 1977. Sains, Teknologi Dan Pembangunan Di Dunia Isam.Bandung. Mizan.

2 komentar: